Aku tak ingin bulan bundar bersinar
Aku tak ingin hujan basahi peraduan
Aku tak ingin nyaringnya melodi mendenting
Yang ku ingin ibahmu runduk menyejuk kalbu
Tatap mata tak tajam biarkan
Walau putih merona hitam itu wajar
Namun bibir berkata enggan bersuara
Membuat aku semakin membuncahkan rasa
Ketika kering air mata tak bersuara
Di mana embun beningnya bergelayut redah
Sesak dada entah sampai ujung waktu
Tak ada kabar berikut kesudahan
Satu persatu eja pikiran
Melebur rasa yang tiada berbatas
Pantaskah rindu berbelah
Jika burung dara tak lagi di sangkarnya
Narasi biru tuangkan rindu yang tak berkesudahan
Ketika air laut mulai menepi tinggalkan pulau ketangguhan
Jangan disalahkan jika hati ini mulai mengikis
Karena cintamu sudah lagi tak bermakna
Engkau putihkan semuanya
Hingga rasa ini hilang tak bernoda
Hanya dua hati yang bisa mengekangku untuk bertahan
Berdiri pada kaki yang mulai gemeretak
Tersenyum pada bibir yang mulai beku
Hingga harapan hanya tinggal Satu untuk wujudkan
Dua hati menuju ketinggian.
Biarlah senja bermuram duka
Biarlah pagi menyapa lara
Jika siang tersenyum manja
Itu karena lampiaskan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar