Oleh Alfi Faridian
Guru merasa tersanjung di 25
November ini. Dunia maya seakan milik semua guru. Haru biru tak terkecuali yang
kurasa saat itu. Ucapan, pujian, terus mengalir dari sahabat, demikian juga
murid-muridku. Tak terkecuali doa dari mereka untuk kesuksesan, kesehatan
terutama dipanjatkan untukku. Bak ratu sehari yang dibanjiri puji-pujian.
Hari itu terasa berbeda, ada
yang istimewa. Semua berita mengabarkan sesuatu yang indah dan elegan bagi sang
guru. Entah sihir apa yang menimpa masyarakat, hingga sanjungan, bukan umpatan
yang diberikan kepada guru. Guru adalah insan cendekia, yang pantas menerima
sanjungan tersebut. Sosok yang bisa mengubah dunia.
Wahai guru! Apa yang harus
dilakukan setelah banjir sanjungan? Tak selamanya sanjungan diberikan oleh
masyarakat. Saatnya kita harus berbenah. Jangan merasa aman pada zona nyaman.
Berubahlah sebelum zaman menggerus kepiawaian seorang guru. Asah kompetensi
hingga ilmu bisa dikuasai. Banyak yang harus dilakukan untuk menggapainya.
Guru adalah manusia biasa.
Terkadang juga mempunyai kesalahan. Tetapi sebagai insan biasa juga memiliki
perasaan. Ketika dihujat, dimusuhi, bahkan sampai ada yang meregang nyawa saat
menaruhkan harga diri, kami tetap manusia biasa yang memiliki rasa. Bagaikan
nila setitik, rusaklah susu sebelanga, itulah biasanya yang sering terjadi.
Kesalahan yang secuil bisa menghapuskan kebaikan yang kita perbuat.
Dengan adanya hari guru,
saya lebih percaya diri. Beban untuk mengantarkan murid ke gerbang kesuksesan
terasa ringan. Hal ini dikarenakan semua sanjungan menumbuhkan energi positif
bagi guru. Guru perlu belajar, untuk menjadi guru yang kekinian. Bagaimana guru
kekinian? Guru yang terus mau belajar. Guru yang terus berkreasi dan
berinovasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar